Aceh Tetap Miskin Walau Anggaran Melimpah
Kita patut selalu curiga masalah dana desa. Dana wajib dicurigai karena punya publik bukan milik golongan apalagi pribadi. Karena yang terjadi selama ini adalah dana, dari desa, kecamatan, kabupaten/ kota hingga ke provinsi, dana tidak digunakan secara tepat.
Mereka yang diuntungkan adalah pejabat (mereka dapat persen/komisi dari proyek), keluarga pejabat, saudara pejabat, kawan - kawan pejabat, timsesnya pejabat, kemudian baru sedikit untuk masyarakat.
Misalnya proyek rehab rumah masyarakat miskin. Anggaran dana Rp. 15 juta, potong Rp. 3 juta untuk calo, Rp. 2,5 juta untuk ongkos tukang, Rp. 9,5 juta untuk barang.
Keuntungan calo kalau 5 rumah adalah Rp. 15 juta sambil goyang kaki di kedai kopi. Ongkos tukang Rp .2,5 juta kerja setengah mati tak sampai Rp. 100 ribu/hari. Rp. 9,5 juta untuk barang yang untung pedagang yang memang sudah kaya. Dalam rap di order besi 12mm yang di bawa besi 8mm. Calo untung lagi 4mm
Yang miskin tetap miskin, kalau ongkos tak sampai Rp. 100 ribu/ hari bagaimana kemiskinan bisa dikurangkan. Kalau ongkos tukang Rp 2,5 juta + Rp. 3 juta (yang diambil calo) = Rp. 5.5 juta barulah masyarakat terbantu.
Uang banyak di curah ke Aceh tapi kalau tak ada "orang dalam" jangan harap bantuan boleh di dapat. Kalaupun ada itu bagi dua dengan orang yang mengurusnya.
aduanwargakita@gmail.com
Ulasan
Catat Ulasan